LATAR
BELAKANG
Seperti
kita ketahui, Mendikbudristek telah meluncurkan kurikulum merdeka. Esensi dari
kurikulum ini adalah prifil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila
tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020-2024. Pada Bab II tentang visi misi kementerian dijelaskan bahwa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan
global.
Lalu bagaimana menerapkan profil pelajar Pancasila di sekolah? Penerapan
profil pelajar Pancasila terintegrasi dalam pembelajaran baik pelaksanaan
pembelajaran maupun penilaian pembelajaran. Sebelumnya kita mengenal
penguatan pendidikan karakter melalui permendikbud nomor 20 Tahun 2008 tentang
penguatan pendidikan karakter (PPK). PPK bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai
Pancasila dalam pembelajaran baik kokurikuler, intrakurikuler, dan
ekstrakurikuler. Profil pelajar Pancasila merupakan pengutan dari pelaksanaan
PPK yang lebih spesifik penerapannya sebagai rencana strategis kementerian dan
dikemas dalam kurikulum prototype yang kita kenal dengan kurikulum merdeka.
Kurikulum
merdeka ini merupakan paket komplit kurikulum, karena penerapan nya di kemas
secara apik, komprehensif dari keresahan guru dalam melaksanakan kurikulum
satuan pendidikan. Karenaa kurikulum merdeka memberikan panduan kepada guru
dalam menerapkan praktik penguatan profil pelajar Pancasila melalui apps
merdeka mengajar. Paket komplit karena permendikbud-permendikbud nawacita
tentang pelarangan tindakan kekerasan, larangan kawasan merokok, penerapan
sekolah ramah anak dijadikan satu dalam modul budaya positif.
Inti
dari modul budaya positif ini adalah menggerakkan siswa agar muncul kebiasaan
baik dari dalam dirinya (intrinsik). Budaya positif memberikan keadilan kepada
siswa yang memerlukan bimbingan melalui restitusi dan praktik segitiga
restitusi. Kesadaran dari dalam diri tidak lagi dikekang dalam bentuk tata
tertib yang bersifat memaksa maupun pembiasaan hadiah dan predikat untuk
mengajak anak mematuhi tata tertib.
Budaya
positif menurut Dr. Willian Glasser teentang teori stimulus kontrol memberikan
gambaran bahwa kita selama ini misskonsepsi bahwa guru mengontrol murid, bahwa
semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, bahwa kritik membuat semua
orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter, bahwa orang dewasa memiliki
hak untuk memaksa. Kesimpulannya stimulus respon bisa berdampak jangka panjang
jika mampu menggerakkan perubahan secara intrinsik.
Berdasarkan
penjelasan di atas, aksi nyata modul 1.4 budaya positif bertujuan untuk
menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari modul budaya positif.
Oleh karena itu aksi nyata dilaksanakan dalam bentuk praktik baik sosialisasi
modul budaya positif, praktik baik pembuatan kesepakatan kelas, keyakinan
kelas, dan praktik segitiga restitusi di kelas maupun di sekolah..
B. TUJUAN
Tujuan
dari modul 1.4 budaya positif adalah :
- Memahami konsep
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan
lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
- Melakukan
evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia
secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin
positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
- Memahami peran
sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep
disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
C. DESKRIPSI AKSI NYATA
Aksi
nyata dari modul 1.4 sesuai LMS adalah sosialisasi modul 1.4 tentang budaya
positif. Selain itu tentunya adalah praktik baik pelaksanaan budaya positif
dalam pembelajaran seperti:
1. Sosialisasi modul 1.4 budaya positif kepada rekan sejawat Berikut tautan aksi nyatanya : https://www.youtube.com/watch?v=di-Tev18W1M
2. Praktik segitiga restitusi Berikut tautannya: https://www.youtube.com/watch?v=iFWhfm2r2Us
3.
Pembuatan kesepakatan kelas dan keyakinan kelas
Berikut bukti aksi nyatanya:
Gambar Kesepakatan Kelas
Gambar Keyakinan Kelas
4.
Pelaksanaan budaya positif di kelas dan di sekolah
Berikut
tautannya: https://www.youtube.com/watch?v=D5X6jDnmoc0
D. TOLOK UKUR KEBERHASILAN
Tolok
ukur dari keberhasilan aksi nyata modul 1.4 tentang budaya positif adalah
sebagai berikut:
1.
Rekan guru memahami dan mau menrapkan praktik budaya positif dalam pembelajaran
2.
Kepala Sekolah memberikan penguatan untuk mengurangi praktih hukuman dan
imbalan diganti dengan praktik restitusi dalam membiasakan budaya positif
3.
Tidak adanya pembulian dan tindakan kekerasan lain di sekolah
4.
Siswa memahami dan mau melaksanakan keyakinan kelas
E.
HASIL AKSI NYATA 1.4
Hasil
dari aksi nyata 1.4 tentang budaya positif adalah penerapan budaya
positif oleh CGP, rekan sejawat, dan orang tua di rumah. Hasil aksi nyata yang
lain adalah anak tanpa paksaan dan imbalan sadar secara intrinsik untuk
mematuhi keyakinan kelas, melaksanakan budaya positif di sekolah.
F. REFLEKSI AKSI NYATA
Kegiatan perubahan yang
kita lakukan belum tentu langsung menarik perhatian dan simpati teman sejawat.
Kadangkala dukungan yang diberikan merupakan dukungan yang tidak penuh. Oleh
karena itu kita harus selalu bersemangat dan memulai segala sesuatu diniati
dengan ibadah. Seperti kegiatan aksi nyata 1.4 yang saya lakukan, kegiatan
sosialisasi hal baik di sekolah lama saya yaitu di Kota Semarang langsung
direspon positif karena budaya di sekolah lama salah adalah budaya menerima
perubahan. Sedangkan budaya di sekolah saya sekarang belum menerima perubahan
dan hal baik yang bersifat baru. Sebagai agen perubahan kita tidak perlu
khawatir, cara-cara persuasif dengan menjadi contoh baik akan menarik perhatian
orang-orang disekitar kita. Apabila pemangku kepentingan kurang mendukung. Kita
bisa mengidentifikasi teman yang bisa kita ajak maju bersama dalam sebuah
komunitas praktisi untuk memberikan perubahan. Karena perubahan harus kita
mulai dari diri sendiri, hal terkecil, dan mulai dari sekarang. Perubahan harus
kita mulai dari kelas kita, maka teman sejawatb akan memperhatikan perubahan
yang kita lakukan.
Perubahan di kelas kita
dapat dimulai dengan membuat kesepakatan kelas, kemudian keyakinan kelas, dan
praktik segitiga restitusi. Apabila ketiga hal ini berhasil kita laksanakan,
secara perlahan teman-teman sejawat kita akan mengikuti perubahan yang kita
lakukan. Ketika melakukan sosialisasi aksi nyata, kita harus mengambil
dokumentasi diri dan dokumentasi peserta sambil memberikan contoh-contoh hal
baik yang sudah kita laksanakan di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar