LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan tempat pembentukan karakter bagi murid
yang sangat memengaruhi perkembangan kognitif dan afektif dan psikomotorik
murid. Sekolah juga merupakan rumah kedua bagi murid setelah rumah tempat
tinggalnya sendiri, dimana murid akan lebih banyak menghabiskan waktu
efektifnya. Guru merupakan orang tua siswa yang mempunyai tupoksi untuk
merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis dan membimbing murid dalam
mengembangkan potensinya. Berdasarkan penjelasana di atas sudah semestinya
sekolah menciptakan wellbeing(kenyamanan) bagi murid untuk
memperoleh perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik murid. Sekolah harus
menyediakan kenyamanan fisik juga kenyamanan psikologis bagi murid.
Kenyamanan secara psikologis penting untuk didapatkan siswa sehingga siswa
memiliki penilaian positif terhadap lingkungan sekolah (Nurdianti, Fajar, &
Hannan, 2016). Hal utama yang dibutuhkan siswa dalam menempuh pendidikan selain
lingkungan sekolah yang kondusif untuk menuntut ilmu, siswa juga membutuhkan lingkungan
sekolah yang menciptakan kesejahteraan bagi kondisi psikologis siswa, karena
kesejahteraan psikologis di sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter siswa.
Oleh karena itu, sekolah harus memiliki visi dan misi serta tujuan
sekolah yang eksplisit mendukung terwujudnya wellbeing dan
mendukung tujuan nasional pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi
secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya
mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah
berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah.
Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal
yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia
melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat
manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya
membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin,
guru hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya
menggerakkan orang lain yang berada di dalam pengaruhnya untuk menjalani proses
perubahan ini bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang
tulus demi mewujudkan visi sekolah.
Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses
perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari
yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan yang
mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Dalam modul ini, kita akan
mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal
sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.
Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble &
McGrath, 2016). Kita akan memakai pendekatan IA sebagai ‘alat olahraga’ untuk
kita berlari mencapai garis “finish” kita yaitu visi yang kita impikan.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan
pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti
positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini
merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya,
IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan
kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap
selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman yang
membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik.
Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan penghargaan.
Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka
kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan
meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.
Pembangunan sisi positif sesuai dengan lima tujuan guru penggerak,
pertama mewujudkan profil guru yang dapat mengembangkan diri dan guru lain
dengan refleksi, berbagi, dan kolaborasi; Kedua, memiliki kematangan
moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode
etik; Ketiga, merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang
tua; Keempat, mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi satuan
pendidikan yang mengoptimalkan proses belajar peserta didik yang berpihak pada
peserta didik dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar satuan
pendidikan; Kelima, berkolaborasi dengan orang tua peserta didik dan
komunitas untuk pengembangan satuan pendidikan dan kepemimpinan pembelajaran.
Berdasarkan pejelasan tentang funsi sekolah, manajemen
pengembangan sekolah, dan tujuan guru penggerak, maka aksi nyata pada modul 1.3
ini yaitu visi guru penggerak akan fokus kepada revisi visi dan misi sekolah
dan upaya untuk mewujudkan ketercapaian visi misi sekolah tersebut.
B.TUJUAN
Tujuan dari aksi nyata modul 1.3 yaitu visi penggerak adalah
sebagai berikut:
1. CGP mampu membuat rencana manajemen perubahan untuk mewujudkan
visi guru penggerak tentang sekolah yang ideal dan murid yang ideal
2. Mewujudkan wellbeing dari lingkungan pengaruh yaitu
kelas
C. DESKRIPSI AKSI NYATA
Berdasarkan koneksi antar materi modul 1.3 dan tujuan aksi nyata,
saya mengambil prakarsa perubahan mewujudkan pembelajaran yang menanamkan profil
pelajar Pancasila. Prakarsa perubahan kita analisis melalui stategi manajemen
perubahan bagja. Berikut adalah tautan manajemen perubahan bagja saya: https://www.youtube.com/watch?v=xp6FOlqkE1E
Adapun penjelasan aksi nyata modul 1.3 tentang visi guru penggerak
adalah sebagai berikut:
1. Budaya berbaris dan
tebak-tebakkan
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa belajar disiplin dan
mengecek kesiapan belajar siswa. Profil pelajar Pancasila yang ingin saya
kembangkan adalah profil mandiri dan berkebinekaan global. Melalui
tebak-tebakkan tentunya siswa akan mandiri untuk mempersiapkan diri dengan
belajar. Sedangkan budaya baris menumbuhkan dimensi berkebinekaan global.
Adapun tautan pelaksanaan aksi nyata adalah sebagai berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=qlZ7ofSa5n0&t=208s
2. Pembelajaran dengan variasi
kegiatan bermain menyanyi, dan berfikir.
Kegiatan pembelajaran harus bisa memberikan olah pikir, olah rasa,
olah hati, dan olah raga. Apabila guru bisa menciptakan suasana pembelajaran
yang memberikan kegiatan bermain, menyanyi dan berfikir, siswa dipastikan tidak
akan jenuh. Karena usia anak-anak masih membutuhkan kesenangan dalam bentuk
kegiatan bermain dan bernyanyi. Kegiatan belajar yang dikemas dalam bentuk
permainan dan bernyanyi diharapkan dapat menumbuhkan profil pelajar gotong
royong dan kreatif. Karena kegiatan bermain membutuhkan kekompakkan tim
sehingga sikap gotong royong dan kreatifitas dibutuhkan untuk menjadi pemenang.
https://www.youtube.com/watch?v=camcg39tB3k
3. Budaya bertanya jika
mengalami hambatan belajar
Ketika pembelajaran berlangsung, siswa membawa kesiapan belajar
yang berbeda sehingga dimungkinkan mengalami hambatan belajar yang bervariasi.
Hamabatan belajar ini harus dibantu oleh sesama teman atau tutor sebaya danbisa
dimintakan solusi kepada guru. Apabila siswa berani bertanya diharapkan
kesulitan belajarnya teratasi. Nilai profil pelajar Pancasila yang hendak
dicapai adalah bernalar kritis.
4. Menciptakan variasi dalam
bentuk ice breaking dan Variasi Model Pembelajaran
Kegiatan variasi dalam pembelajaran digunakan untuk membebaskan
potensi positif siswa sehingga mengurangi kebosanan. Variasi model pembelajaran
dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa.
Berikut ini adalah video tautan aksi nyata 1.3 :
https://www.youtube.com/watch?v=qlZ7ofSa5n0
D. TOLAK UKUR KEBERHASILAN
Tercapainya tujuan pembelajaran modul 1.3 yaitu manajemen
perubahan menuju sekolah yang ideal dan siswa yang ideal
Murid mengalami dampak langsung terhadap perubahan yang kita
laksanakan
Murid dapat memberikan umpan balik saat atau setelah pelaksanaan
kegiatan
E. TANTANGAN
KEGIATAN
1. Pandemi covid 19 membatasi waktu belajar tatap muka
2. Daya dukung berupa aset utama dan aset lainnya dalam mewujudkan
aksi nyata
3. Keterbatasan CGP dalam mewujudkan aksi nyata yang harus mematuhi
aturan protokol kesehatan
F. HASIL AKSI NYATA
Hasil dari aksi nyata modul 1.3 adalah pelaksanaan bagja yang direalisasikan dalam praktik bagja dan serangkaian kegiatan pendukung seperti review kurikulum sekolah
Berikut tautan pelaksanaan aksi nyata : https://www.youtube.com/watch?v=Kth7Pi3wgZk&t=1046s
Gambar Sosialisasi Aksi Nyata di grup whatsapp sekolah
G. REFLEKSI AKSI NYATA
Perubahan yang kita lakukan di sekolah tidak bisa langsung menuju
lingkaran perhatian (tingkat sekolah). Kita harus melakukan perubahan dari
lingkungan pengaruh (kelas). Apabila kelas kita bagus, siswa-siswanya memiliki
karakter profil pelajar Pancasila, secara tidak langsung akan menarik
lingkungan perhatian untuk berubah. Kita tidak boleh menyerah karena sulit
menerapkan perubahan. Perubahan memerlukan proses untuk bisa dipetik hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar